Menu

Mode Gelap
Sukseskan Muktamar XX, Kader IMM Sumbar Siap Gebrak Palembang Audiensi HW ke UM Sumbar: Sinergi Musywil dan Milad ke-105 Aisyiyah Rekomendasikan Perbaikan Pemilu, Simak di Sini Tim MenaraMu Laporkan Pengembangan Media di Pleno PWM Pilkada Halal dan Bermartabat

Editorial · 31 Jul 2023 14:05 WIB ·

Tapak Suci, Anak Tiri atau Anak Kandung?


 Tapak Suci, Anak Tiri atau Anak Kandung? Perbesar

Begitu pula di tingkat kota/kabupaten dengan sebutan Pimda (Pipinan Daerah), bukan PD. Keberadaan Tapak Suci di tingkat ini diberi nomor oleh PP Tapak Suci sesuai nomor urut pendiriannya. Sebagai contoh, Tapak Suci Kota Padang adalah 044, maka nomenklatur kepengurusannya adalah Pimda 044 Tapak Suci Putera Muhamadiyah Kota Padang.

Hal itu berlaku untuk seluruh kota/kabupaten, seperti Pimda 014 Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kota Pekalongan, begitu pula dengan sebutan Pimda 027 Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kota Malang. Dan di daerah lainnya persis sama dengan itu, mengikut aturan penomoran dalam nomenklatur resminya.

Penyebutan tersebut, tentu berdampak pada pemahaman di masing-masing daerah dalam kaitannya dengan pimpinan Muhammadiyah yang siap berkomunikasi. Bila masih ada pimpinan Muhammadiyah yang menyebutkan dalam undangan, kepada PD atau PW Tapak Suci, maka dipastikan kepedulian terhadap ortom satu ini sudah mulai luntur.

Baca Juga:  Menggapai Cita-cita Muhammadiyah di Bidang Informasi Publik

Mungkin ada pimpinan persyarikatan yang berdalih bahwa yang menuliskan surat adalah petugas administrasi yang digaji di kantor-kantor Muhamamdiyah. Maka ini akan lebih dalam ‘jatuh’nya. Kalau orang yang digaji tidak paham seluk-beluk rumahtangga Muhammadiyah, apa gunanya dipakai dan diberi uang bulanan? Masih banyak kader-kader yang militan dan tahu seluk-beluk tanpa harus bertanya.

Ketiga, pimpinan Tapak Suci di tiap jenjang tidak mengikuti perkaderan Muhammadiyah. Hal ini tentu saja berefek pada jauhnya ‘rasa’ yang dibangun olehnya terhadap Muhammadiyah. Kita masih sering mendengar, di daerah anu, Tapak Suci dipimpin oleh tokoh yang dianggap dapat membesarkan perguruan beladiri ini. Sementara di sisi lain, tokoh tersebut bukanlah kader Muhammadiyah. Ini akan berdampak pada renggangnya hubungan dengan persyarikatan, pasti.

Baca Juga:  Putusnya Rantai Kader Aktivis, Tanggungjawab Siapa?

Lalu harus bagaimana selanjutnya? Apakah pertanyaan tentang status Tapak Suci sebagai anak kandung atau anak tiri akan terus saja mewarnai pemikiran warga Muhamamdiyah? Bila memang anak kandung, mari jelaskan statusnya melalui sebutan, kegiatan, perkaderan, serta aktivitas persyarikatan. Bila hanya anak tiri, yang notabene tidak terlalu diindahkan, maka jangan kecewa bila suatu ketika Tapak Suci tidak mengakui Muhammadiyah sebagai ayahnya, atau malah akan mengambil orang lain menjadi naungannya. (*)

Penulis: Nova Indra (Kader Utama – Sabuk Biru Melati Merah Empat di Tapak Suci)

Artikel ini telah dibaca 377 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Pilkada Halal dan Bermartabat

22 Februari 2024 - 21:12 WIB

Menggapai Cita-cita Muhammadiyah di Bidang Informasi Publik

11 Februari 2024 - 14:20 WIB

Merawat Muhammadiyah Kultural

27 Desember 2023 - 22:31 WIB

Jasman Rizal

Putusnya Rantai Kader Aktivis, Tanggungjawab Siapa?

6 November 2023 - 08:30 WIB

Menjadikan Sumbar Demam MenaraMu

30 Oktober 2023 - 09:19 WIB

Membangun Kekuatan Media Informasi Muhammadiyah di Era Society 5.0

22 Oktober 2023 - 08:31 WIB

Trending di Editorial