Menu

Mode Gelap
Sukseskan Muktamar XX, Kader IMM Sumbar Siap Gebrak Palembang Audiensi HW ke UM Sumbar: Sinergi Musywil dan Milad ke-105 Aisyiyah Rekomendasikan Perbaikan Pemilu, Simak di Sini Tim MenaraMu Laporkan Pengembangan Media di Pleno PWM Pilkada Halal dan Bermartabat

Khazanah Islam · 30 Okt 2023 09:32 WIB ·

Seni dan Budaya Menurut Kacamata Muhammadiyah


 Ketum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir.(Muhammadiyah) Perbesar

Ketum PP Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir.(Muhammadiyah)

Yogyakarta – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan bahwa jika budaya dilihat melalui kacamata yang sempit, maka terkesan banyak tidak bolehnya.

Padahal, kata Haedar, budaya yang hidup di tengah masyarakat itu juga menyemarakan praktik-praktik keagamaan.

Guru Besar Sosiologi itu  mencontohkan tradisi atau budaya syawalan yang dimiliki oleh muslim di Indonesia.

Haedar sepakat bahwa budaya Syawalan tidak termasuk ibadah, akan tetapi tidak serta merta kemudian Syawalan dianggap menyalahi agama.

“Bahkan ditambah lagi, saling mengunjungi, salam-salaman, dan di Jawa juga ada tradisi sungkeman, tradisi cium tangan,” ungkap Haedar beberapa waktu lalu saat Pembukaan Rakernas Bersama LSB dan LPO PP Muhammadiyah di UMY.

Baca Juga:  Islam Agama Rahmah

Haedar meminta supaya pemilik pandangan yang kontradiktif antara agama dan budaya ini jangan dijadikan hanya sebagai alasan supaya dianggap beda.

Dia menilai, seni dan budaya yang substantif dalam pandangan Muhammadiyah adalah mubah. Kecuali seni dan budaya tersebut malah menjadi penyebab melupakan dan menjauh dari Allah.

“Wilayah seni itu adalah wilayah yang mubah, boleh dilakukan. Dia menjadi haram ketika membuat orang menjauh dari Allah, itu biasanya dari praktek seni budaya itu, bukan watak dasar dari seni dan budaya. Bahkan juga seni dan budaya yang semakin mendekatkan diri pada Allah juga banyak,” ungkapnya.

Agama yang sifatnya mutlak, menurut Haedar sebagaimana pandangan dari Majelis Tarjih Muhammadiyah adalah meliputi wilayah aqidah, ibadah, dan akhlak. Bahkan dalam akhlak, Muhammadiyah tidak mengenal akhlak situasional.(*)

Artikel ini telah dibaca 47 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Hargianto Dt Bagindo MNH Sosialisasikan Restorative Justice Kepada Warga Persyarikatan di Agam

16 Januari 2024 - 17:28 WIB

Refleksi Akhir Tahun PC Muhammadiyah IV Koto

29 Desember 2023 - 06:24 WIB

Melakukan Ketaatan atau Meninggalkan Kemaksiatan, Lebih Berat Mana?

7 Juli 2023 - 14:11 WIB

Muhammad Agung Budiarto. (Dok.Istimewa)

Keutamaan Puasa 9 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

23 Juni 2023 - 14:58 WIB

Firsta Yuliano, Alumni Pontren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang. (IST)

Mewujudkan Ideologi Muhammadiyah

22 Juni 2023 - 13:59 WIB

Ushul Fiqh: The Queen Of Islamic Sciences

21 Juni 2023 - 15:33 WIB

Trending di Khazanah Islam