KUDUS — Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada, Senin (5/6) melakukan peletakan batu pertama pembangunan SD ‘Aisyiyah Multilingual Darussalam Kudus kampus 2 di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Turut hadir dalam acara tersebut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayinah, Siti Noordjannah Djohantini dan Latifah Iskandar Ketua MPKU PP Muhammadiyah Agus Samsuddin, Ketua PWM Jateng Tafsir berserat jajaran dari PWA Jateng.
Kampus 2 SD ‘Aisyiyah Multilingual Darussalam ini akan dibangun di atas lahan seluas 2000 meter persegi dan masih akan berkembang dengan dana awal Rp. 300 juta. Lokasi ini merupakan wakaf dari Heri Siswanto sebagaimana yang disampaikan Nuruzzaman, Ketua Panitia Pembangunan. Ini merupakan usaha menegakkan Agam Islam.
Mewakili PP ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menyampaikan apresiasi sebab ini sebuah gagasan yang luar biasa yang lahir dari Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah dan didukung Muhammadiyah. Dia yakin dari ini akan lahir generasi ‘Aisyiyah dan Muhammadiyah yang mentas di panggung nasional dan internasional.
“‘Aisyiyah dan Muhammadiyah akan terus tumbuh di komunitas-komunitas….. Berangkat dari kesadaran luar biasa, melalui amal jariah.” Ungkap Noordjannah dengan suara parau menahan haru.
Bahkan bukan hanya di Kudus, tumbuhnya Muhammadiyah-‘Aisyiyah di komunitas-komunitas level cabang dan ranting. Semangat berMuhammaditah dan ‘Aisyiyah di komunitas menurut Noordjannah bagaikan cahaya dan mutiara yang kemilauan berpendar-pendar dan tidak pernah pudar.
Menyinggung desain gedung SD ‘Aisyiyah Multilingual, Noordjannah menyampaikan bahwa gedung ini didesain dengan tampilan yang menarik, sehingga dapat memikat peserta didik supaya belajar dengan nyaman dan menjadi generasi masa depan yang berguna bagi keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal.
Sementara itu, Haedar Nashir dalam amanatnya menyebut salah satu yang spesial dari Muhammadiyah adalah kesadaran dalam beramal jariyah sebagai bentuk amal konkrit. Pihaknya percaya, kehadiran dan doa serta ikhtiar akan berdampak pada proses pembangunan yang dipermudah dan menghasilkan bangunan yang indah.
“Saya percaya dengan semangat berinfak dan bersedekah Allah akan membuka pintu atau jalan yang banyak. Sekaligus juga berinfak dan bersedekah membuka pintu langit,” katanya.
Haedar yakin bahwa gerakan pembangunan yang dilandasi ikhlas dan mencari rida Allah SWT, akan membuka jalan dan pintu yang tidak terduga. Seperti yang dirasakan dalam pembangunan SD ‘Aisyiyah Multilingual ini yang mendapat modal awal sebesar Rp. 5 miliar dari Yendra Fahmi, pengusaha muda Muhammadiyah.
“Ini menjadi titik awal kita untuk terus semangat membangun sampai selesai.” Ungkapnya.
Haedar berharap SD ‘Aisyiyah Multilingual menjadi milestone untuk kemajuan peradaban, sehingga dari sini lahir generasi yang ‘moncer’ di level nasional dan internasional. Meskipun berlokasi di daerah, bukan menjadi alasan sekolah Persyarikatan tidak dapat melahirkan generasi unggul untuk peradaban.
“Kita harus menjadi penggerak perbuahan. Kalau ceramah itu mudah, bisa dirancang sepanjang mungkin. Tapi kalau perubahan itu tidak mudah,” imbuhnya.
Hemat Haedar, pemimpin harus menjadi penggerak perubahan, sebagaimana yang dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Siti Walidah. Laku hidup sebagai man of action ini menjadikan tidak banyak ditemukan peninggalan Kiai dan Nyai Dahlan dalam bentuk kitab atau buku. Menyaksikan Muhammadiyah bertahan dan berkembang lebih dari satu abad merupakan kenyataan bahwa, perbuatan lebih kuat daripada perkataan. (source: muhammadiyah.or.id)