PAYAKUMBUH – Usia persyarikatan Muhammadiyah telah mencapai angka 114 tahun berdasarkan perhitungan kalender Hijriyah pada 8 Dzulhijjah 1444 H yang bertepatan dengan hari Kamis (6/7/2023). Organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini telah memasuki abad kedua pergerakannya.
Satu abad, masa yang tidak mudah dilalui oleh organisasi seusianya. Tentu saja keberadaan Muhammadiyah saat ini tidak bisa dilepaskan dari pondasi dasar gerakan Muhammadiyah di awal berdirinya.
Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Izzul Muslimin mengungkapkan alasan kenapa Muhammadiyah sampai sekarang masih bertahan dan berkembang membutuhkan jawaban yang panjang.
“Sejarah berdirinya Muhammadiyah hingga eksistensinya di abad kedua merupakan sarana untuk umat Islam bercermin, khususnya pada generasi muda tentang arti penting perjuangan dakwah dan perubahan sosialnya yang tak sedikit kontribusinya terhadap bangsa Indonesia,” jelasnya saat menyampaikan ceramah pencerahan pada acara Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Payakumbuh, Sumatera Barat, Minggu (18/6/2023).
Untuk memperpanjang nafas persyarikatan Muhammadiyah, sebut Izzul Muslimin, penggerak Muhammadiyah mesti mampu menyesuaikan diri, piawai mengelola konflik, profesional dalam tata kelola persyarikatan, dan mampu melakukan regenerasi.
“Di tengah perubahan zaman dengan segala kompleksitasnya, Muhammadiyah mesti mampu melakukan penyesuaian diri dengan mengenggam erat nilai-nilai utama yang terus menjadi pegangan warga persyariakan Muhammadiyah,” jelasnya.
“Telah menjadi sunnatullah bahwa siapa saja yang tak mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada akan dilindas oleh putaran roda perubahan zaman,” paparnya.
Menurutnya, ketika organisasi telah besar dibarengi amal usaha yang terus berkembang, maka potensi konflik semakin besar pula. Menurutnya, organisasi yang besar tapi tak mampu mengelola konflik lambat laun akan roboh juga. Sebaliknya, organisasi yang kecil akan terus eksis jiga mampu mengelola konflik.
“Konflik dengan beragam bentuknya mesti dikelola secara telaten dengan mengedepankan maksud dan tujuan persyarikatan Muhammadiyah,” ulasnya.
Profesionalitas dalam mengelola persyarikatan baik dari sisi manajemen organisasi maupun dalam mengelola amal usaha dan dibarengi dengan kesungguhan dalam menyiapkan kader berkontribusi besar untuk memperpanjang nafas persyarikatan. (IRW/Yopi)