PAYAKUMBUH – Ribuan kaum muslimin di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumbar), mendapat pencerahan tentang tauhid dan mengenal perjuangan hingga pemahaman persyarikatan Muhammadiyah pada momen shalat Idul Adha 1444 H yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Payakumbuh, Rabu (28/6/2023).
Jamaah mulai memadati jalan Sudirman dan jalan A.Yani sejak pukul 6.30 pagi. Didukung cuaca yang sejuk, jamaah tampak tenang dan tertib hingga berakhirnya khutbah Idul Adha.
Bertindak sebagai imam shalat Idul Adha adalah imam tetap masjid Ansharullah Muhammadiyah Payakumbuh, Ustaz Andi Satria. Sementara khutbah disampaikan Ustaz Dr. H.Irwandi Nashir, Ketua PDM Kota Payakumbuh.
Mengawali khutbahnya, Ustaz Irwandi Nashir menjelaskan pemahaman Muhammadiyah atas dalil-dalil yang menjadi landasan penggunaan hisab sebagai cara menentukan awal bulan.
“Di tengah masyarakat yang belum menguasai tulis baca dan ilmu hisab, Rasulullah SAW lebih mengedepankan kemudahan dengan menyuruh kaum muslimin di masa itu melihat langsung hilal untuk menentukan awal bulan baru,” jelasnya.
Melalui hadits tentang rukyat, lanjutnya, terdapat ‘ilat atau alasan melakukan rukyat karena keterbatasan pengetahuan hisab.
“Rukyat adalah sarana untuk menentukan waktu dan sarana dapat saja berubah demi mencapai tujuan pokok secara lebih efektif melalui penggunaan hisab,” katanya.
Penggunaan hisab, lanjut Irwandi Nashir, mendapatkan dasar-dasarnya di dalam Qur’an dan Sunnah.
“Penegasan bahwa peredaran matahari dan Bulan dapat dihitung seperti termaktub dalam surah Yunus ayat 5 bukan sekedar informasi, melainkan isyarat agar dimanfaatkan untuk penentuan bilangan tahun dan perhitungan waktu,” jelas dosen UIN Bukittinggi itu.
Tentang haji dan kurban, hikmah paling mendasar dalam kedua ibadah itu, jelas Irwandi Nashir, adalah peneguhan aqidah tauhid.
“Ujian keteguhan dalam bertauhid dan mendakwahkannya adalah keteladan paling penting dari Nabi Ibrahim dan keluarganya,” ungkapnya.
Ditambahkannya, akar dari segala kejahatan yang dilakukan manusia adalah kerapuhan bertauhid.
“Ketika manusia menggantungkan hatinya kepada selain Allah, maka saat itu manusia telah menyerahkan dirinya dan kehidupannya menuju kekacauan,” tegasnya. (IR)