Menu

Mode Gelap
Sukseskan Muktamar XX, Kader IMM Sumbar Siap Gebrak Palembang Audiensi HW ke UM Sumbar: Sinergi Musywil dan Milad ke-105 Aisyiyah Rekomendasikan Perbaikan Pemilu, Simak di Sini Tim MenaraMu Laporkan Pengembangan Media di Pleno PWM Pilkada Halal dan Bermartabat

Khazanah Islam · 23 Jun 2023 14:58 WIB ·

Keutamaan Puasa 9 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah


 Firsta Yuliano, Alumni Pontren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang. (IST) Perbesar

Firsta Yuliano, Alumni Pontren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang. (IST)

“Sesungguhnya Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan” begitulah firman allah SWT dalam QS Hud :114. Seluruh perbuatan baik, apakah itu shalat, puasa, sedekah, zakat, umrah, haji dan lainnya dapat menghapus kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan.

Salah satu kebaikan atau amalan sunnah yang dapat dilakukan bagi kita yang sedang tidak melakukan ibadah haji adalah berpuasa di 9 hari pertama dzulhijjah terutama arafah (9 dzulhijjah), ibnu muflih al-hanbali berkata:

ويستحب صوم عشر ذي الحجة ، وآكده التاسع ، وهو يوم عرفة ، إجماعا
“Disunnahkan berpuasa 9 hari pertama bulan Dzulhijjah, dan sangat disunnahkan sekali puasa pada tanggal 9 nya yaitu hari arafah berdasarkan ijma’.”

Ibadah ini memiliki banyak fadhilah dan dan keutamaan di sisi Allah. Wajar saja Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari tersebut, bahkan Rasulullah SAW tidak hanya mempuasakan hari tersebut, namun juga berpuasa dari tanggal 1 sampai 9 dzulhijjah:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ….

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” (HR. Abu Daud)

Adapun hadis aisyah RA:

عن عائشة قالت ما رأيت رسول الله ﷺ صائما في العشر قط

Aisyah RA Berkata aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa pada sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah (HR Muslim)

Secara dzahir memang kontradiktif dengan hadis abu dawud di atas, karena hadis riwayat abu dawud menunjukkan bahwa Rasulullah SAW berpuasa di 9 hari pertama bulan Dzulhijjah, sedangkan hadis muslim menunjukkan yang sebaliknya bahwa Rasulullah tidak berpuasa pada hari-hari tersebut, namun jika kita mencari titik temu antara keduanya dengan al-jam’u wat taufiq maka akan ketemu jalan keluarnya. Hal ini jugalah yang diisyaratkan oleh ibnu hajar al-asqalani dalam fathul baari:

Baca Juga:  Mengasah Nalar Bertauhid

…عن عائشة قالت ما رأيت رسول الله ﷺ صائما في العشر قط لاحتمال أن يكون ذلك لكونه كان يترك العمل وهو يحب أن يعمله خشية أن يفرض على أمته….
…Adapun hadis Aisyah yang mengatakan aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa pada sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah karena ada kemungkinan Rasulullah SAW meninggalkan amalan tersebut (puasa 9 hari pertama bulan Dzulhijjah) -padahal beliau menyukainya- karena takut hal tersebut diwajibkan bagi umatnya…

Adapun puasa di hari arafah maka sangat ditekankan bagi kita untuk melaksanakannya karena pahala yang besar dan keutamaan yang agung yang ada pada puasa ini, sebagaimana yang ada dalam hadis abu qatadah RA:

عن أبي قتادة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم عرفة فقال : يكفر السنة الماضية والباقية (رواه مسلم)

Dari sahabat abu qatadah RA bahwasanya Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa di hari arafah, lalu beliau menjawab: (puasa arafah) dapat menggugurkan dosa satu tahun yang berlalu dan satu tahun mendatang. (HR Muslim)

Baca Juga:  Refleksi Akhir Tahun PC Muhammadiyah IV Koto

Dalam riwayat muslim yang lain disebutkan:

صوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والسنة التي بعده
puasa pada hari Arafah, aku memohon kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya

Berdasarkan keutamaan ini sepakat para ulama mangatakan bahwa puasa Arafah hukumnya Sunnah bagi yang tidak sedang berhaji, adapun yang berhaji maka dianjurkan untuk tidak berpuasa agar tidak mendapati kesulitan saat wukuf di arafah.

Imam Nawawi berkata dalam al majmu’:
“أما حكم المسألة فقال الشافعي والأصحاب : يستحب صوم يوم عرفة لغير من هو بعرفة، وأما الحاج الحاضر في عرفة فقال الشافعي في المختصر والأصحاب : يستحب له فطره لحديث أم الفضل.”
“Adapun masalah puasa arafah iman asy-syafi’ie dan para ashhabnya mengatakan: disunnahkan puasa arafah bagi yg tidak sedang wukuf di arafah (tidak haji), adapun yang berhaji dan hadir di arafah imam asy syafi’ie dalam al-mukhtashar dan ashab berkata: disunnahkan baginya tidka berpuasa bedasarkan hadits ummul fadhl”

Hal yang sama juga dijelaskan oleh al kharsy dari kalangan malikiyah:

صَوْمَ يَوْمِ عَرَفَةَ مُسْتَحَبٌّ فِي حَقِّ غَيْرِ الْحَاجِّ ، وَأَمَّا هُوَ فَيُسْتَحَبُّ فِطْرُهُ لِيَتَقَوَّى عَلَى الدُّعَاءِ وَقَدْ أَفْطَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَجِّ ” انتهى .
“Puasa arafah disunnahkan bagi yang tidak berhaji, adapun yang berhaji maka yang sunnah baginya tidak berpuasa, agar kuat (tidak kelelahan ketika wukuf) dalam berdoa, bahkan Rasulullah SAW tidak mempuasakan hari arafah ketika beliau haji”

Baca Juga:  Hargianto Dt Bagindo MNH Sosialisasikan Restorative Justice Kepada Warga Persyarikatan di Agam

Berbeda dengan pandangan syafiiyah dan malikiyah, kalangan hanafiyah justru membolehkan puasa arafah bagi yang berhaji tentunya dengan syarat puasa itu tidak mengganggunya dan melemahkannya ketika wuquf, sebagaimana al-kasani dalam Bada’i shana’i berkata:

“…وَكَذَلِكَ فِي حَقِّ الْحَاجِّ إنْ كَانَ لَا يُضْعِفُهُ عَنْ الْوُقُوفِ وَالدُّعَاءِ لِمَا فِيهِ مِنْ الْجَمْعِ بَيْنَ الْقُرْبَتَيْنِ وَإِنْ كَانَ يُضْعِفُهُ عَنْ ذَلِكَ يُكْرَهُ لِأَنَّ فَضِيلَةَ صَوْمِ هَذَا الْيَوْمِ مِمَّا يُمْكِنُ اسْتِدْرَاكُهَا فِي غَيْرِ هَذِهِ السَّنَةِ ، وَيُسْتَدْرَكُ عَادَةً ، فَأَمَّا فَضِيلَةُ الْوُقُوفِ ، وَالدُّعَاءِ فِيهِ لَا يُسْتَدْرَكُ فِي حَقِّ عَامَّةِ النَّاسِ عَادَةً إلَّا فِي الْعُمُرِ مَرَّةً وَاحِدَةً ، فَكَانَ إحْرَازُهَا أَوْلَى ”
“…adapun puasa arafah juga disunnahan bagi yang berhaji jika tidak melemahkannya ketika wukuf dan berdoa, karena mengumpulkan dua ibadah (ibadah wukuf dan ibadah puasa). Jika puasa tersebut mengganggunya dalam wukuf maka hukum puasa menjadi makruh, karena keutamaan puasa arafah ini bisa didapatkan di tahun yang lain, berbeda dengan berdoa di arafah yang belum tentu ia dapatkan keutamaannya di tahun-tahun yang lain, karena ksempatan haji ini biasanya satu kali seumur hidup pada umumnya, maka berkonsentrasi untuk ibadah wukuf ini lebih utama (ketimbang menggabungkannya dengan puasa arafah)”

Dengan demikian puasa arafah adalah puasa yang sangat utama dan dianjurkan pada hari-hari yang mulia ini, jangan sampai ketinggalan. Wallahu ta’alaa a’lam bis shawab (Penulis: Firsta Yuliano | Alumni Pontren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang)

 

Artikel ini telah dibaca 156 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Hargianto Dt Bagindo MNH Sosialisasikan Restorative Justice Kepada Warga Persyarikatan di Agam

16 Januari 2024 - 17:28 WIB

Refleksi Akhir Tahun PC Muhammadiyah IV Koto

29 Desember 2023 - 06:24 WIB

Seni dan Budaya Menurut Kacamata Muhammadiyah

30 Oktober 2023 - 09:32 WIB

Muhammadiyah

Melakukan Ketaatan atau Meninggalkan Kemaksiatan, Lebih Berat Mana?

7 Juli 2023 - 14:11 WIB

Muhammad Agung Budiarto. (Dok.Istimewa)

Mewujudkan Ideologi Muhammadiyah

22 Juni 2023 - 13:59 WIB

Ushul Fiqh: The Queen Of Islamic Sciences

21 Juni 2023 - 15:33 WIB

Trending di Khazanah Islam