PAYAKUMBUH – Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Payakumbuh, Irwandi Nashir, menyebut ada enam pertanyaan dasar yang mesti dikenalkan dari dini kepada siapa saja, tak terkecuali untuk pelajar dalam mempersiapkan kader persyarikatan Muhammadiyah.
Hal itu disampaikannya pada kegiatan Latihan Taruna Melati 1 atau Latihan Dasar Kepemimpinan Ikatan Pelajar Muhammdiyah di Komplek Perguruan Madani Islamic School, Kota Payakumbuh, Kamis (15/6/2023).
Enam pertanyaan dasar itu, kata Irwandi, dimulai dari ayat Qur’an yang menjadi pendorong lahirnya Muhammadiyah, arti kata Muhammadiyah, tempat dan waktu lahirnya, mengenal tokoh pendirinya, identitas, serta maksud dan tujuan persyarikatan Muhammadiyah.
“Kepada siapa pun kita mengenalkan persyarikatan Muhammadiyah, maka awalilah dari enam pertanyaan dasar itu yang pembahasannya disesuaikan dengan usia dan latar kematangan pikiran dan pengetahuan mereka,” jelas Irwandi Nashir.
Irwandi Nashir menyebut lahirnya Muhammadiyah didorong oleh keinginan untuk mengamalkan surah Ali ‘Imran ayat 104. “Ayat itu telah menginspirasi lahirnya persyarikatan Muhammadiyah sebagai wadah untuk mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan menurut syari’at Islam,” terangnya.
Muhammmadiyah yang artinya pengikut nabi Muhammad SAW kelahirannya dibidani KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912 silam. Muhammadiyah sebut Irwandi Nashir, menjadikan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid sebagai identitasnya.
“Dua identitas ini mesti dijelaskan kepada siapa saja agar tak ada yang salah paham dengan persyarikatan yang berusia lebih satu abad ini,” sebut dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Bukittinggi itu.
Sebagai identitas Muhammadiyah, lanjut Irwandi Nashir, tajdid bermakna mencerahkan kembali pemahaman terhadap ajaran Islam yang sebelumnya sudah diketahui, dan memberikan pengetahuan baru yang sebelumnya belum diketahui,” jelasnya.
Irwandi Nashir mencontohkan bagaimana umat Islam mestinya memahami pesan surat Yunus ayat 5. Menurutnya, surat Yunus itu bukan saja menginformasikan tentang adanya matahari dan bulan yang beredar di orbitnya, tapi juga mendorong manusia untuk mendalami ilmu yang kemudian dengan ilmu hisab untuk menentukan kapan awal bulan.
“Menggunakan ilmu hisab untuk menentukan awal bulan temasuk awal Ramadhan dan Syawal adalah contoh gerakan tajdid yang dipelopori Muhammadiyah di Indonesia,” jelasnya.
(Ir/Wengki C)