Menu

Mode Gelap
Sukseskan Muktamar XX, Kader IMM Sumbar Siap Gebrak Palembang Audiensi HW ke UM Sumbar: Sinergi Musywil dan Milad ke-105 Aisyiyah Rekomendasikan Perbaikan Pemilu, Simak di Sini Tim MenaraMu Laporkan Pengembangan Media di Pleno PWM Pilkada Halal dan Bermartabat

Kolom Ketua · 6 Jun 2023 17:20 WIB ·

Kemiskinan dan Bangunan Sosial yang Rapuh


 Bakhtiar - Ketua, PW. Muhammadiyah Sumatera Barat. (Dok. Pribadi) Perbesar

Bakhtiar - Ketua, PW. Muhammadiyah Sumatera Barat. (Dok. Pribadi)

Melihat keadaan yang demikian Ahmad Dahlan dan teman-teman menggerakkan sumber daya yang ada hingga lahirlah panti-panti asuhan, Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU) dan sejenisnya. Kesemuanya itu adalah dalam rangka pembelaan terhadap masyarakat yang dizalimi oleh penguasa, bahkan Ahmad Dahlan sendiri tidak gentar menghadapi ancaman pihak kolonial Belanda.

Bukan itu saja, nyawa sekalipun siap dipertaruhkannya demi membela orang-orang yang dizalimi tersebut. Oleh sebab itu, tidak jarang Muhammadiyah, di bawah pimpinannya berhadapan dengan kolonial.

Islam dalam pandangan Ahmad Dahlan tidak mentolerir dijadikan sebagai komoditas politik apapun alasannya. Dalam Surat al-Maun itu secara tegas dijelaskan bahwa kesalehan pribadi tak berarti apa-apa selama tidak diwujudkan dalam hubungan sosialnya. Malah, dikecam sebagai  orang yang mendustakan agama. Di pertengahan ayat itu dikatakan bahwa siapa yang melakukannya maka kecelakaan (kehancuran) besarlah yang akan terjadi.

Baca Juga:  Mencegah Wakaf Salah Urus

Inilah persoalan di bangsa ini, sejak Republik ini berdiri tak pernah putus dirundung malang. Para pimpinannya selalu mengalami kondisi yang dramatis dan rakyatnya mengalami kelaparan. Mungkinkah karena mereka sudah terlalu sering menzalimi dan mengekploitasi kemiskinan mereka. Orang-orang yang tidak menguntungkan secara ekonomi dapat mereka bayar untuk apa saja, termasuk membeli hak suaranya. Apalagi untuk memperbaiki kehidupan mereka ke arah yang lebih baik tentu jauh panggang dari api.

Justru, yang terjadi adalah mereka digusur secara besar-besaran oleh pihak penguasa dengan alasan pembangunan, penertiban kota, tata ruang, keindahan dan lain sebagainya. Penguasa dalam hal ini tidak pernah memberikan solusi yang betul-betul bisa melepaskan diri dari sekapan kemiskinan. Akhirnya, mereka tetap dalam kemiskinan, malah semakin menderita. Sementara sikaya semakin kaya di atas penderitaan kaum miskin.

Baca Juga:  Gulungan Otak dan Catatan Amal

Ruang gerak orang-orang miskin semakin sempit. Malah, nyaris tidak ada peluang sedikitpun untuk berusaha bagi mereka. Karena didesak secara terus menerus oleh berbagai kebijakan yang tidak memihak kepada kaum papa ini. Bank hanya mau meminjamkan dana segarnya hanya kepada mereka yang memiliki jaminan. Jelas cara ini takkan pernah bisa dijangkau oleh kaum miskin ini.

Begitu pun untuk bekerja dalam suatu institusi tertentu, harus mengeluarkan biaya dalam jumlah yang besar untuk membayar para cukong yang bermain di dalamnya. Selain itu, juga mesti ada jaringan dari dalam. Tentu, si miskin takkan pernah jaringan yang dimaksud. Tak heran seorang pengangguran membayar orang yang sudah kaya, dan bawahan membayar upeti terhadap atasannya agar jabatan yang sedang ditangan tidak dialihkan pada orang lain.

Baca Juga:  Penyembelihan Hewan Kurban: Antara Kepatuhan dan Saling Mempercayai

Oleh sebab itu, yang terjadi di negeri ini bukanlah memerangi kemiskinan, tetapi memerangi orang-orang miskin agar keluar dari perkotaan dan lari ke pinggir-pinggir kota serta pemukiman kumuh lainnya.

Inilah kondisi bangsa yang katanya orang-orang miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Bukankah yang dijamin itu adalah para elit dan kelompok yang berpunya? Suatu yang sangat ironis memang ketika ini terjadi di negara yang kaya seperti negara Indonesia. Nurani kelihatannya sudah terpinggirkan dan ditundukan oleh keserakahan.

Penulis: Bakhtiar – Ketua, PW. Muhammadiyah Sumatera Barat

Editor: Nova Indra

Artikel ini telah dibaca 267 kali

badge-check

Publisher

Baca Lainnya

Mereka Mengadu ke Lazismu

14 Agustus 2023 - 14:46 WIB

Ketua PDM Kota Payakumbuh, Dr. Irwandi Nashir.

Refleksi Milad ke-106: Gerakan Aisyiyah Mewujudkan Perempuan Tangguh

8 Juli 2023 - 11:41 WIB

Bakhtiar. (Dok.Istimewa)

Merenungkan Satu Abad Muhammadiyah di Ranah Minang

4 Juli 2023 - 23:58 WIB

Yosmeri Yusuf. (Dok.Istimewa)

Gulungan Otak dan Catatan Amal

4 Juli 2023 - 14:50 WIB

Irwandi Nashir. (Dok.IST)

Penyembelihan Hewan Kurban: Antara Kepatuhan dan Saling Mempercayai

3 Juli 2023 - 13:09 WIB

Bakhtiar. (Dok.Istimewa)

Menakar Kemampuan Berkurban

2 Juli 2023 - 10:31 WIB

Muhammad Izzul Muslimin. (Muhammadya)
Trending di Kolom Ketua