BUKITTINGGI – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bukittinggi menggelar pengajian dan pengkajian gabungan rutin di Masjid Muhammadiyah Baitul Jalal, Ahad (3/9/2023). Kegiatan itu merupakan salah satu ruh pergerakan persyarikatan.
Ketua PDM Bukittinggi, Gafnel Dt Basa mengatakan, Muhammadiyah tak ubahnya seperti satu keluarga. Ada Muhammadiyah sebagai ayahnya, ‘Aisiyah Ibundanya dan organisasi ortonom sebagai anak-anaknya.
“Agar keluarga itu tetap harmonis, perlu ada ruang untuk bertemu dan berdikusi semua anggota keluarga. Maka, ruangnya itu adalah pengajian dan pengkajian rutin Muhammadiyah dan ‘Asiyah ini tentunya sebagai wadah memperkokoh silaturrahim,” katanya.
Pengkajian Muhammadiyah diberikan oleh Ketua PDM Payakumbuh, Buya Irwandi Nashir yang memberikan tausiyah bertema “Makna dan Hakikat Ber-Muhammadiyah Ber-‘Aisyiyah di Era Globalisasi”. Doktor Ilmu Pendidikan Islam itu mendasari materi kajiannya dengan Alquran Surat Huud ayat 116-117.
Buya Irwandi menggaris bawahi dua aspek penting Muhammadiyah dalam pergerakkannya untuk menghadapi kemajuan zaman di era Globalisasai itu.
Pertama, Muhammadiyah mampu bertahan dan berkembang melewati satu abad antara lain kerena memiliki inner dynamics, yaitu kekuatan dari dalam yang melekat dengan dirinya.
“Kekuatan dari dalam itu ialah ruhiyah dan nilai-ilai dasar (core values) yang menggerakanna untuk mengambil peran sebagai mushlih (agen perbaikan),” katanya.
Kedua, ber-Muhammadiyah di era dari Solid ke Liquid. “Dalam pergerakkan Muhammadiyah harus mencair atau melebur sesuai agar mampu menjawab dinamika perkembangan zaman,” kata dosen UIN Bukittinggi itu.
Diketahui, pengajian dan pengkajian Muhammadiyah ini juga dihadiri oleh pimpinan daerah Aisiyah dan otonom selingkup Bukittinggi serta warga dan simpatisan Muhammadiyah. (Firdaus)