PADANG – Menghadapi tahun politik, Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menekankan pentingnya pemimpin transformatif.
Ia menyebut, yang menggerakkan umat pada hal-hal konstruktif yang menjadi perhatian Persyarikatan sesuai agenda Muktamar mewujudkan khairu ummah.
Penekanan kepemimpinan transformatif tersebut juga telah ditekankan dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua, tentang gerakan pencerahan yang meniscayakan reorientasi pergerakan dengan berbagai macam pendekatan yang lebih konstruktif (lil muwajahah) dan bukan konfrontatif (lil mu’aradhah).
Untuk mengaktualisasikan agenda strategis yang tidak mudah itu, Haedar meminta untuk bersama-sama bergerak dan berta’awun di antara jaringan Persyarikatan, termasuk kolaborasi dengan siapapun. Setiap pimpinan di daerah juga diharapkan memiliki agenda prioritas riil yang wajib terwujud sesuai dengan kapasitasnya.
“Jangan sampai pemimpin itu dari podium ke podium retorikanya luar biasa, tapi tidak menginjak bumi nyata, ceramahnya hebat, perdebatan fikihnya hebat, eh tahu-tahu amal usahanya ketinggalan, amaliah duniawiyahnya kurang,” ingat Haedar dalam forum Ideopolitor PWM Jawa Barat, Sabtu lalu.
Di samping itu semua, Haedar mengingatkan jika perang ideologi juga cukup sengit di tataran global. Karena itu, pimpinan di Persyarikatan harus terus menggali pikiran resmi Muhammadiyah. sekaligus terus mengasah pengetahuan dan keilmuannya agar tidak gagap dalam merespon fenomena baru.
“Maka diperlukan para pemimpin, pimpinan, dan kader Muhammadiyah yang terus mengupdate pemikiran-pemikiran itu karena dulu Muhammadiyah itu pelopor dalam berbagai pemikiran dan menjadi rujukan. Jangan sampai sekarang ini para pemimpin di Muhammadiyah kering pemikirannya apalagi kalau sudah kering pemikirannya, amalnya sedikit,” pesan Haedar. (*/muhammadiyah.or.id)