Oleh Apris
Sekretaris PWM Sumbar
PASCA serah terima jabatan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumbar dari yang lama ke yang baru, pada pertengahan Januari 2023 lalu, ada satu kata yang paling sering diucapkan.
Sebenarnya, kata itu bukanlah sesuatu yang asing dan luar biasa, apa lagi terlalu penting. Tapi karena yang melafazkannya orang nomor satu di jajaran PWM Sumbar, Buya Dr. Bakhtiar, dan itu diucapkan berulang kali dalam berbagai momen dan tempat, di acara formal persyarikatan maupun ketika perbincangan biasa, sehingga kata tersebut menarik untuk diterawang maknanya lebih lanjut, apa sesungguhnya yang diingini oleh yang mengungkapannya.
Kata itu adalah “percepatan“. Terkadang kata percepatan itu diiringi pula dengan kata “lompatan” di beberapa kesempatan, sebagai penguatnya.
Mengapa harus dengan percepatan
Pilihan kata percepatan tentu punya alasan. Sesuai dengan artinya, percepatan adalah membuat sesuatu yang lambat menjadi lebih cepat. Ibarat mobil yang biasa larinya cuma 40 hingga 60 perjam, bagaimna bisa dilakukan percepatan menjadi 80 hingga 100 km per jam dan seterusnya, sehingga bisa lebih cepat sampai ke tujuan.
Begitu misal makna percepatan yang sering disampaikan ketua PWM dalam berbagai kesempatan. Selain itu juga dicontohkannya dengan kerelaan membagi waktu.
Untuk melakukan percepatan untuk kemajuan, tidak bisa hanya dengan sisa-sisa waktu, tetapi harus disediakan waktu minimal separuh dari jumlah hari yang ada dalam seminggu.
Penulis sebagai salah seorang yang berada dalam barisan anggota PWM Sumbar yang berjumlah 19 itu, merasakan bahwa kata percepatan tersebut telah menjadi ungkapan yang menyemangati anggota PWM dalam melaksanakan amanah yang diembannya.
Kemudian, berupaya mengimplementasikannya dalam program dan kegiatan persyarikatan sesuai dengan pembidangan tugasnya. Di bawah komando ketua, semangat percepatan itu diterjemahkan oleh segenap anggota PWM, untuk melaksanakan program sesuai dengan yang tertera dalam tanfidz Musywil Sumbar ke 42.
Mengapa kita harus melakukan percepatan? Semua tentu sudah bisa memperkirakan jawabannya, antara lain selama satu periode lalu, yang di perpanjang dari 5 menjadi 7 tahun, karena covid 19, banyak hal yang jalan di tempat, malah ada yang mengalami kemunduran.
Di antara yang terdeteksi, jumlah cabang dan ranting Muhammadiyah tidak mengalami penambahan yang signifikan, malah di beberapa daerah ada cabang dan ranting yang sudah tidak aktif lagi. Begitu pula jumlah masjid dan mushalla Muhammadiyah, tidak terjadi penambahan, malah ada yang sudah beralih menjadi masjid nagari yang tidak lagi di kelola oleh Muhammadiyah.
Untuk yang dua bidang ini tentu sudah harus segera dilakukan percepatan oleh Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting serta pembinaan masjid (LPCR), baik di tingkat wilayah maupun tingkat daerah. Demikian pula percepatan amal usaha pendidikan sudah sangat mendesak untuk disegerakan.
Di sebagian besar daerah terjadi proses pelemahan beberapa lembaga pendidikan kita, SD, SLTP dan SLTA, di antara indikasinya jumlah murid yang semakin berkurang, sarana prasarana yang tidak kunjung terbenahi karena keterbatasan dana, gaji guru yang jauh di bawah UMR.
Di bidang kesehatan, yang sebenarnya merupakan salah satu amal usaha unggulan Muhammadiyah, untuk konteks Sumbar, kita masih jalan di tempat, belum banyak yang bisa diperbuat untuk membantu umat.
Soal dana persyarikatan untuk pendukung jalanya organisasi dan pelaksanaan program sangat terbatas. Kita belum memiliki sumber pendanaan yang tetap, sebagian besar daerah selalu menengadahkan tangan untuk meminta sumbangan guna biaya operasional kegiatan organisasi. Hal ini tentu akan mempengaruhi kinerja persyariktan sebagai Gerakan Islam.
Perioritas Percepatan
Dari Tanfidz Musywil Muhammadiyah Sumbar ke 42, dapat diketahui apa yang menjadi program kerja lima tahun ke depan. Hampir semua aspek kehidupan umat, disentuh oleh program PWM periode ini.
Dari sekian banyak program tentu tidak mungkin dikerjakan sekaligus. Harus ada program prioritas untuk dilakukan percepatan, paling kurang pada tahun pertama.
Kelihatannya PWM telah menetapakan beberapa program prioritas itu. Sebut saja antara lain percepatan upaya membina dan memantapkan ideologi Muhammadiyah dengan program seribu Baitul Arqam.
Program ini ditujukan untuk memperkuat pemahaman dan semangat bermuhammadiyah para kader dan pimpinan persyarikatan di semua tingkat. Selanjutnya untuk mengantisipasi kelangkaan kader persyarikatan di cabang dan ranting, dilakukan percepatan dengan memberikan dorongan satu PDM satu pondok pesantren.
Dalam hal ini beberapa Daerah Muhammadiyah sudah memilikinya. Sebut saja Ponpes Al Kautsar di Limapuluh Kota, Muallimin di Bukittinggi, Kauman di Pabasko, Al Mumtaz di Solok, Khairul Hasanah di Pesisir Selatan.
Di bidang pendidikan menyegerakan membenahi lembaga pendidikan Muhammadiyah menjadi lembaga pendidikan unggul, yang diminati masyarakat dan siap bersaing dengan yang lain, untuk itu telah dilakukan pendataan dan pemetaan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Percepatan di sektor ekonomi persyarikatan telah pula di mulai, dengan melakukan kapitalisasi amal usaha dan asset Persyarikatan yang jumlahnya cukup banyak dan beragam, sehingga bernilai ekonomis, dengan mendirikan perusahaan Sumbarmu Amal Sinergi sebagai holdingnya dengan berbagai bidang usaha.
Selain itu, percepatan transformasi kader telah di mulai, di berbagai lembaga-lembaga publik , di legislatif dan eksekutif dengan meningkatkan peran LHKP. Dan yang tak kalah pentingnya memprioritaskan percepatan dalam menyiapkan sarana dan prasarana perkantoran, dengan melakukan renovasi berat Gedung Dawah Muhammadiyah sebagai pusat kegiatan PWM.
Meskipun belum seratus persen selesai, tapi setidaknya telah dapat dijadikan pusat kegiatan yang menyenangkan, dan menggairahkan.
Gerakan percepatan itu tentu akan melaju lebih kencang bila semua komponen persyarikatan bekerja melaksanakan fungsi dan tugasnya secara maksimal, dengan semangat fastabiqul khairat, berlomba-lomba untuk kebaikan.
Anggota PWM bekerja sesuai dengan pembidangan tugasnya, para unsur pembantu pimpinan majelis, lembaga dan badan tingkat wilayah menjalankan programnya, Ortom tingkat wilayah menjalankan perannya, Pimpinan Daerah Muhammadiyah yang baru saja selesai Musyda beserta UPP dan Ortomnya bekerja dengan semangat percepatan.
Tak kalah pentingnya, para pimpinan amal usaha Muhammadiyah di berbagai tingkatan juga bekerja dengan semangat percepatan. Dengan demikian insya Allah Islam yang berkemajauan di Sumatera Barat Ranah Minang ini tentu segera akan menjadi kenyataan.***