PADANG – Sebentar lagi, tepatnya 18 Nopember 2023, Muhammadiyah akan mengelar hari jadi ke-111. Usia yang sangat matang bagi sebuah organisasi kemasyarakatan dan keagamaan di negeri ini.
Muhammadiyah, menjadi salah satu organisasi kemasyarakatan terbesar, yang punya andil besar dalam pembangunan bangsa dan negara. Tidak perlu diragukan lagi, sejarah negeri ini ikut diukir oleh para pendiri dan tokoh Muhammadiyah dari masa ke masa.
Sejarah besarnya Muhammadiyah, diakui di mana-mana. Bahkan, pertumbuhannya secara organisasi telah melebar ke manca negara dengan adanya perwakilan cabang luar negeri. Sungguh sebuah capaian yang luar biasa bagi sebuah organisasi.
Di daerah-daerah, pertumbuhan dan perkembangan Muhammadiyah terus merambah semua lini kehidupan masyarakat. Di ranah sosial ini, Muhammadiyah memiliki amal usaha yang tidak sedikit. Semua elemen penting, mulai dari pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga penguatan masyarakat di berbagai bidang, jadi bagian upaya penyempurnaan gerakan Muhammadiyah dalam mencapai masyarakat madani.
Kemudian, menyisir elemen peningkatan sumber daya manusia, Muhammadiyah memiliki elemen-elemen yang dikenal dengan organisasi otonom (ortom). Ortom yang merupakan pelangsung penyempurna amal usaha Muhammadiyah, digerakkan oleh sistem yang terukur dan terus bertumbuh menjadi kekuatan besar di tubuh Muhammadiyah.
Hal itu tentunya sangat ideal untuk sebuah tujuan membangun masyarakat madani, yang memiliki sumber daya terbaik, yang pada gilirannya dipersembahkan bagi keberlangsungan dan kejayaan bangsa ke depan.
Di tubuh Muhammadiyah, ortom dan seluruh badan serta lembaga yang ada, diisi oleh personil-personil handal. Tak jarang, mereka juga menjadi pentolan di ranah sosial, bahkan politik daerah. Hal itu menjadi arah penting bagi setiap upaya perkaderan secara internal dan bertahap.
Bicara perkaderan di Muhammadiyah, seluruh ortom yang ada, secara sistematis telah memiliki target capaian yang baik. Namun, apakah hal itu telah berhasil secara tepat di tengah bergeloranya semangat membangun negeri ini? Apakah kaderisasi telah berhasil menjembatani kebutuhan masyarakat dengan melahirkan aktivis di berbagai lini?
Dunia aktivis adalah hasil tahapan pembinaan. Di berbagai kesempatan, melihat daerah-daerah yang bergerak aktif dengan keberadaan aktivis hebat, selalu diketahui diisi oleh sosok-sosok yang siap ‘bertarung’ dengan segala kompetensi yang dipunyai. Hal itu kini menjadi tantangan tersendiri bagi Muhammadiyah yang melalui usia matang.
Dalam beberapa perbincangan dengan beberapa tokoh Muhamamdiyah di berbagai daerah di Sumatra Barat, diperoleh informasi penting. “Di bawah si anu, sudah tidak ada lagi kader kita yang mampu bersaing di dunia aktivis. Kita kehilangan generasi yang bisa menjadi pentolan di tengah masyarakat. Kalau secara internal, tentunya tetap banyak yang kita miliki, tapi untuk ‘bermain’ di luar sana, kita khawatir tidak lagi memilikinya.”
Putusnya rantai pembinaan aktivis masyarakat yang berasal dari kalangan Muhammadiyah, dirasakan banyak pihak. Termasuk bagaimana para kader Muhammadiyah saat ini, jarang sekali tumbuh besar membangun namanya di tengah-tengah khalayak.
Sekali waktu, seorang tokoh Muhammadiyah lain menyebut, “Perlu upaya yang nyata dalam mencetak kader aktivis ini. Kita membutuhkannya untuk mewarnai dunia kepemudaan, dunia sosial.”
Persoalan melahirkan kader aktivis, rupanya bukan hal mudah. Butuh banyak sisi yang harus disiapkan dengan matang. Bukan sekadar kembali memperbarui pola dan sistem perkaderan di semua ortom, namun lebih pada memberi teladan yang tepat bagi generasi muda persyarikatan.
Lihatlah dunia aktivis saat ini di berbagai daerah, tidak lagi diisi oleh kader Muhammadiyah yang mampu memberi warna. Kalau pun ada, tak jarang pula hanya sebatas pelengkap. Padahal, yang diinginkan adalah, “masuk menambah keluar mengurang.” Keberadaan kader aktivis, harus dirindukan oleh sejawatnya, bukan sekadar menambah hitungan dengan eksistensi yang tak penting.
Kiranya, di usia Muhammadiyah yang ke-111 ini, seluruh unsur pimpinan Muhammadiyah di semua level, memiliki ruang berpikir untuk mencetak kader-kader aktivis yang siap masuk ke tengah masyarakat. Muhammadiyah besar bukan hanya karena amal usaha yang maju dengan segala kepesatannya, namun penting pula menyiapkan sosok-sosok aktivis yang dapat terjun langsung menjadi tokoh di semua lini. (Nova Indra – Pimpinan P3SDM Melati)