Oleh: Muhammad Agung Budiarto
KASUS kekerasan Mario Dandi, anak dari seorang eks pegawai pajak sempat membuat geram masyarakat Indonesia. Hingga hari ini proses persidangan masih berjalan agar hukuman dapat ditegakkan dengan seadil-adilnya. Masyarakat terus mengawal agar tidak ada penyelewengan dalam kasus tersebut.
Kasus tersebut ternyata menyeret nama ayah Mario Dandy, Rafael Alum Trisambodo. Bukan sebagai otak dari kasus yang dilakukan si Mario, akan tetapi pada kasus lain. Ia telah resmi menjadi tersangka sejak 27 Maret 2023 berdasarkan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (Sprindik). Rafael terbukti menerima gratifikasi selama 12 tahun terakhir. Imbas dari kejahatan tersebut, masyarakat kini mempertanyakan kredibilitas instansi pajak.
Banyak hujatan yang dilontarkan sehingga indeks kepercayaan masyarakat semakin menurut. Klimaksnya adalah ke-engganakan masyarakat untuk membayar pajak. Buat apa membayar pajak, kalau ternyata disalahgunakan penggunaanya. Koar-koar kekecewaan tersebut bukan hanya diluapkan kepada Rafel saja, akan tetapi kepada mereka yang tidak amanah dengan tanggung jawab yang telah rakyat bebankan. Dan demikianlah amanah para pejabat.
Amanah Tuhan Kepada Manusia
Allah telah mensifati dirinya dengan sifat Ar-Razzaq , yaitu Dzat yang maha memberi rizki. Dalam pandangan ahlus sunnah wal jama’ah, rizki adalah segala sesuatu yang bermanfaat dan dimanfaatkan di dunia ini. Jadi rizki bukanlah sesuatu yang kita miliki. Sesuatu yang kita miliki belum tentu rizki kita. Demikian penjelasan dalam beberapa kitab akidah seperti Jauhar At-Tauhid. Keterangan ini juga bisa kita lihat dalam Tafsir Asy-Sya’rawi ketika menafsirkan kalimat wa mimma rozaqnahum yunfiqun.
Tubuh adalah diantara rezeki yang dianugerahkan kepada manusia. Disebut rezeki bukan karena kita memiliki tangan, akan tetapi karena kita bisa menggunakan tangan ini untuk beribadah dan bermuamalh. Begitulah pandangan orang beriman dengan segala pemberian-Nya. Imam Al-Ghazali mengatakan :
وهي نعمة من الله عليك وأمانة لديك “Ia (anggota tubuh) merupakan nikmah dan amanah Allah yang diberikan untuk mu”. (Bidayatul Hidayah: 175 cetakan Darul Minhaj).
Anggota badan yang dimaksud Al-Ghazali ada 7 yaitu mata,telinga, lisan, perut, kemaluan, tangan dan kaki. Tujuh anggota jasad ini adalah amanah dan nikmat yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan menggunakannya sesuai dengan hal-hal yang diridhoi Allah Swt. Seperti:
1. Mata
Mata diciptakan agar manusia melihat kebesaran ciptaan-Nya. Banyak ayat dalam Al-Qur’an mengajak manausia untuk senantiasa bertafakkur terhadap alam semesta ini. Bertafakkur terhada pergantian siang dan malam, air yang turun dari langit, gunung-gunung yang diciptakan sebagai pasak bumi dll. Begitulah diantara cara mensyukuri nikmat mata.
2. Telinga
Telinga diciptakan agar kita bisa mendegarkan kalam Allah dan Rosul-Nya, cerita orang-orang sholeh dan mendengarkan nasihat.
3. Lisan
Diciptakan agar manusia senantiasa berdzikir kepada Rabb-Nya, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi mungkar.
Demikian juga pada sisa anggota tubuh yang lain. Semuanya adalah amanah dan nikmat dari Allah. Oleh karena itu Imam Al-Ghazali berwasiat agar kita tidak menyalahgunakan amanah dan nikmat ini dengan perbuatan-perbuatan yang tidak di ridhoi Allah Sw. Imam Al Ghazali mengatakan :
واعلم أن جميع أعضائك ستشهد عليك في عرصات القيامة بلسان طلق ذلق، تفضحك به على رؤوس الخلائق
“ketahuilah bahwa semua anggota tubuh mu kelak akan dibangkitkan menjadi saksi untuk mu pada hari kiamat dengan kesaksian yang tajam. Allah aan mempermalukan mu dihadapan manusia dihadapan seluruh makhluk-makhluk-Nya”. (Bidayatul Hidayah hal 176)
Allah berfirman
:
يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ اَلْسِنَتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ.
pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (An-Nur: 24)
Masih banyaak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang realitas tersebut kelak di hari kiamat.
Imam Al-Ghazali juga mengatakan bahwa pintu neraka itu jumlahnya 7, karena anggta tubuh yang berpotensi menyeret manusia ke neraka adalah anggota badan yang 7. Tujuh bagian dari neraka tersebut adalah jahannam, ladza, khutomah, sa’ir, saqar, jahim, hawiyah, dan jahannam. Demikian sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam Ibrahim Al-Bajuri dalam Tuhfatul Murid.
فاحفظ يا مسكين جميع بدنك من المعاصى، وخصوصا أعضاءك السبعة؛ فإن جهنم لها سبعة أبواب لكل باب منهم جزء مقسوم، ولا يتعين لتلك الابواب إلا من عصا الله تعالى بهذه الاعضاء السبعة
Saling Mengingatkan untuk Menjadi Manusia yang Amanah
واعلم أنك إنما تعصي الله بجوارحك، وهي نعمة من الله عليك وأمانة لديك، فاستعانتك بنعمة الله على معصيته غاية الكفران، وخيانتك في أمانة استودعها الله غاية الطغيان؛ فأعضاؤك رعاياك، فانظر كيف ترعاها’
Ketahuilah, sesungguhnya kamu melakukan kemaksiatan dengan anggota badan mu. Padahal itu adalah nikmat dan amanah dari Allah untuk mu. Saat kamu menggunakan nikmat yang telah Allah berikan untuk bermaksiat, maka hal itu merupakan puncak daripada kekufuran dan pengkhianatan atas amanah yang Allah berikan. Anggota badan mu itu adalah tanggung jawab mu. Maka perhatikanlah bagaimana kamu menggunakannya. (Bidayatul Hidayah : 176)
Kalimat Al-Ghazali ini harus kira renungkan dengan hati. Begitulah seharusnya worldview (pandangan alam) manusia terhadap kehidupan ini. Nasihat di atas harus dijadikan sebagai sudut pandang bahwa anggota tubuh ini adalah nikmah sekaligus amanah. Anggota tubuh ini adalah nikmat yang Allah berikan agar manusia mudah menjalankan aktivitasnya sebagai khalifah di muka bumi. Namun di sisi lain juga sebagai sebuah amanah yang peruntukkanya telah dibatasi dengan ketentuan syariat.
Mari renungkan sejenak. Tangan ini adalah nikmat Allah, akan tetapi dalam satu waktu kita melakukan kemaksiatan kepada Allah. Itu seperti kita meminjami seseorang mobil akan tetapi mobil itu justru digunakan untuk berbuat kejahatan. Tentu saja kita tidak senang dengan hal yang demikian. Orang tersebut telah berkhianat karena telah menyalahgunakan kemurahan yang telah kita berikan.
Saat kita merasa sesak dada melihat wakil rakyat korupsi dengan uang rakyat, tentunya kita sepakat bahwa itu adalah sebuah pengkhianatan karena menyalahgunakan amanah rakyat. Dalam kasus Rafael alun, tentu kemarahan masyarakat kiat memuncak. Pajak yang setiap waktu diminta dan ditagih kepada masyarakat, justru diselewengkan untuk kekayaan pribadi. Dan itulah yang saat ini terjadi.
Akan tetapi tidakkan kita sadar bahwa sejatinya kita juga memiliki pribadi yang sama dengan mereka para wakil rakyat yang menyalahgunakan amanah rakyat. Kita semuanya telah diberikan amanah anggota badan, namun sering disalagunakan untuk pada urusan yang tidak diridhoi Dzat yang maha memberi kenikmatan. Mata digunakan untuk melihat wanita bukan mahram dengan penuh syahwat. Telingan digunakan untuk mendengarkan aib saudaranya. Lisannya udah mencela dan menyakiti dll. Bukanlah itu juga sebuah pengkhianatan.
Oknum pejabat yang jahat mengambil uang rakyat, mereka adalah pengkhianat. Namun ternyata sifat khianat itu juga ada dalam diri kita karena sering menyalah gunakan nikmat yang Allah berikan. Oleh karena itu Imam Al-Ghazali tegas mengatakan bahwa pengkhianatan yang demikian merupakan puncak daripada kekufuran.
Mari saling mengingatkan dalam kebaikan. Jangan mudah mengoreksi orang lain sehingga lalai akan aib dirinya sendiri. Jangan merasa lebih suci dari orang lain. Rosulullah Saw senantiasa mengingatkan umatnya agar selalu bermuhasabah sebelum yaumul hisab ditegakkan pada hari kiamat.(Penulis merupakan Ketua Majelis Tarjih PDM Pasaman Barat dan Mudir Ponpes Islamic Centre Muhammadiyah Kinali).