DALAM sejarahnya, pembaruan Islam di Minangkabau sejak dari awal, selalu diiringi dengan munculnya penerbitan media.
Ide dan gagasan pembaruan, selain disampaikan secara terbuka kepada masyarakat dalam bentuk ceramah dan diskusi, pemikiran tokoh di masa itu, didistribusikan pula melalui berbagai media.
Dulu lebih dikenal dengan majalah. Di dalamnya selain informasi berbagai macam kegiatan dan aktifitas, diiringi pula dengan pendapat atau opini tokoh, dalam menyikapi dan merespon terkait dengan persoalan-persoalan yang dihadapi umat secara kritis. Di Minangkabau, ada majalah Munir, majalah Imam dan sejenisnya.
Kini, media sebagai penyalur informasi dan pendapat, sudah mengalami perkembangan yang pesat, seiring dengan kemajuan teknologi informasi.
Sebelumnya, informasi yang ter-update secara berkesinambungan, ada dalam bentuk koran dan tabloid, terbit harian, mingguan, dan bulanan. Ada pula dalam bentuk majalah, terbitnya sebulan sekali, dan atau lebih.
Sedangkan dalam bentuk lain audio dan elektronik ada radio dan televisi. Semua bentuk media yang disebutkan ini nyaris mengalami ancaman bahkan di antaranya sudah tutup usia.
Di Muhammadiyah, secara nasional media-media di atas juga tumbuh dan berkembang sejalan dengan zamannya. Suara Muhammadiyah hingga sekarang masih bertahan sejak didirikan. Oplahnya terus meningkat setiap tahunnya, sejalan dengan kemajuan dan penambahan amal usaha Muhammadiyah di bidang lain.
Lebih dari itu, usahanya terus dikembangkan dalam bidang lain. Gramasurya menjadi pilihan tempat penerbitan dan percetakan, dengan menggunakan peralatan dan permesinan yang mutakhir dan sangat lengkap.
Di Bawah kepemimpinan Deni Asy’ari, tokoh muda asal Sumatera Barat, usahanya diperluas menjadi perhotelan Tower Suara Muhammadiyah berlantai delapan.
Begitu pula pertelevisian, Muhammadiyah mengembangkan TVMU menjadi pilihan bagi masyarakat. Hingga kini masih tetap bertahan dan kuat, memberikan suguhan informasi yang akurat dan terpercaya.
Hanya saja, perkembangan media di atas pada konteks lokal, terutama di Sumatera Barat belum begitu menggembirakan. Paling tidak, sampai tahun 2022, tak ada satupun media yang dikelola sendiri oleh Muhammadiyah Sumatera Barat yang terus bertahan.
Padahal, pergerakan Muhammadiyah sejak dari awal di Ranah Minang, disebarluaskan bukan hanya dalam bentuk tatap muka tokoh dan diskusi, melainkan diiringi melalui media.
Pada konteks ini, awal kemunculan Muhammadiyah di Ranah Minang ditandai dengan terbentuknya Tabligh Muhammadiyah, diiringi dengan terbitnya buletin Tabligh. Buletin ini diinisiasi dan dipimpin oleh Hamka bersama Saalah Yusuf Sutan Mangkuto.
Namun tidak bertahan lama, disebabkan konten, isi, dan tokohnya dipandang membahayakan pemerintah Belanda. Di tambah lagi komunis yang semakin agresif memusuhi Muhammadiyah. Pada akhirnya, ditutup secara paksa oleh Belanda.
Meskipun demikian, Hamka tidak putus asa. Beliau bahkan mengembangkan di daerah lain di mana ditugaskan Muhammadiyah, seperti Medan, Makasar dan Jakarta. Bahkan media yang dipimpinnya lebih meluas, seperti Panji Masyarakat.
Dalam sejarahnya, media Muhammadiyah Minangkabau vakum dalam waktu yang lama. Sejak tutupnya Buletin Tabligh, media Muhammadiyah tumbuh kembali di tahun 1980-an yang digerakkan RB. Khatib Pahlawan Kayo, Marjohan, dan Adi Bermasa hingga berlanjut tahun 1990-an digawangi Musriadi Musanif dan kawan-kawan.
Pada masa ini muncul majalah Menara, berubah menjadi Tabloid Menara, lalu kembali ke Majalah Menara. Namun, tidak dapat bertahan lama, karena pengelolaannya tidak terkolaborasikan dengan manajemen bisnis.
Pada tahun 2000-an media Muhammadiyah muncul kembali dalam bentuk tabloid Suara AR. Sutan Mansur, kemudian berubah menjadi Majalah AR. Sutan Mansur. Media ini digawangi Bakhtiar, yang sebelumnya aktif di media maenstream sebagai wartawan di Padang Ekspres dan Majalah Islam Sabili.
Sementara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) saat itu, di bawah kepemimpinan Shofwan Karim. Pengelolaannya terkolaborasikan dengan politik praktis.
Dikatakan demikian, karena hampir seluruh pembiayaan cetak bersumber dari “politisi” yang sedang dan akan maju pada pemilu kegislatif dan eksekutif. Pada semua edisi cetak, nyaris muncul di halaman muka dan utama sesuai dengan besaran biaya yang dikeluarkan sponsor.
Setelah pemilu usai, “politisi” tidak ada lagi yang berminat memasang iklannya di tabloid dan majalah ini. Akibatnya, pengelolaan bidang keuangan nyaris tidak kuat lagi melanjutkan penerbitan.
Lagi pula, pendistribusiannya pada warga diberikan secara gratis. Hal ini sejalan dengan keinginan pendonor yang menghendaki profilenya beredar di seluruh warga Muhammadiyah.
Kini, zaman sudah berubah. Paradigma pendistribusian informasi sudah bergeser secara radikal. Media konvesional (koran, majalah, tabloid dan sejenisnya) yang masih menghandalkan percetakan, mulai ditinggal banyak orang, dan beralih pada media digital.
Media sosial dan online lebih masif dan beragam dalam memberikan informasi. Percepatannya jauh lebih kencang daripada media-media sebelumnya.
Pada aras ini, Muhammadiyah terasa sangat tertinggal, terutama dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Berbagai macam kegiatan Muhammadiyah tidak tersyiarkan ke dunia luar, sehingga kesannya Muhammadiyah sepi dari program dan aktifitas.
Sesekali hanya momen-momen penting dengan mengundang media mainstream. Akibatnya, informasi Muhammadiyah tidak bergerak secara masif. Pada konteks ini pula, Muhammadiyah Sumatera Barat mulai mengambil peran di awal Mei 2023, ditandai dengan lahirnya website: pwmsumbar.or.id.
Jika ditelisik awal pendiriannya, gagasan awal selain pemikiran penulis sendiri, sejumlah tokoh muda Muhammadiyah, terutama yang berprofesi di media mainstream, dalam banyak kali pertemuan telah menyuarakannya. Sekadar menyebut nama, di antaranya Adi Bermasa, Musriadi Musanif, Mursyidi dan sederetan nama lainnya.
Penulis sendiri sudah menyuarakannya sejak dua periode kepemimpinan Muhammadiyah sebelumnya, di mana penulis ada di dalamnya. Namun, penyuaraan ini belum cukup kuat untuk direalisasikan dalam bentuk yang lebih konkret.
Pada masa itu, berbagai informasi program dan aktifitas Muhammadiyah, lebih cenderung memanfaatkan dan mengkanalkan dengan media cetak dan online, yang dikelola pihak lain.
Selain itu, kencenderungannya juga memanfaatkan web dan media sosial pimpinan yang diasuh secara individu, dan bukan dalam bentuk yang resmi.
Sejak Mei 2023, web ini mulai di-publish, dan secara bertahap dikembangkan menjadi pusat pendistribusian informasi berbagai aktifitas Muhammadiyah, mulai dari tingkat wilayah hingga ranting dan cabang serta amal usaha.
Reporter daerah diupayakan rekrutmennya dari Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM), dengan lebih dahulu melakukan bimbingan teknis penulisan berita dan pengelolaan web.
Sentilan Musriadi dalam editorial perdananya, sangat tajam dan kritis terhadap kemiskinan informasi yang terjadi selama ini. Dalam tulisan wartawan utama yang menjadi pelaku pendirian web ini, secara lugas menyatakan, “selamat tinggal Muhammadiyah pelit informasi”.
Selama ini, menurutnya, informasi Muhammadiyah di berbagai media sangat minim sekali. Padahal, program dan aktifitasnya, sangat layak dijadikan konsumsi informasi masyarakat secara luas.
Sedangkan desain dan teknologinya, web ini ditangani Nova Indra, tokoh muda Muhammadiyah yang saat ini sedang mengembangkan usahanya di bidang media dan teknologi informasi berbasis di Malang.
Pada aspek kontennya, web ini ditangani tenaga-tenaga profesional yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman, bahkan sedang aktif di media mainstream, baik cetak maupun online yang berbasis pada tingkat nasional dan lokal.
Sekadar menyebut nama selain Musriadi dan Nova, di dalamnya ada Mursyidi, Riki Selayo, Syafriadi (Ajo), dan Ardinan. Didukung pula penulis andal seperti Irwandi Nashir. Ada sejumlah penulis berbakat yang juga bergabung, seperti Hafiz Mahendra, Endrio, Wengki Chaniago dan reporter hebat yang berdomisili di daerah-daerah Muhammadiyah.
Ke depan, sebagaimana diharapkan Nova dalam editorial kedua, web ini selain menjadi pusat informasi Muhammadiyah Sumatera Barat, juga diproyeksikan menjadi tumbuh dan munculnya jurnalis-jurnalis Muhammadiyah, dalam upaya mengembalikan kejayaan jurnalis Sumatera Barat di pentas nasional.
Bagi Pimpinan Muhammadiyah sendiri, kehadiran web ini merupakan realisasi dari program yang didedikasikan untuk mencerahkan umat dan bangsa.
Pengembangannya ke depan, juga dirancang bagi kehadiran majalah digital Muhammadiyah dan sejenisnya, dengan mengkolaborasikannya bersama manajemen bisnis.
Sejalan dengan itu, sangat diharap tulisan-tulisan yang mencerahkan dari segenap pimpinan persyarikatan dari tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang, dan ranting, hingga Ortom dan pimpinan amal usaha, baik dalam bentuk informasi kegiatan maupun artikel yang menjadi opini, dalam pergulatannya dengan dinamika dan perkembangan masyarakat.
Pada akhirnya, sejarah akan mencatat web ini bagian terpenting dari keberadaan, perjalanan dan pergerakan Muhammadiyah di Ranah Minang.(BAKHTIAR, pemimpin umum)