Solok – Menghadapi beragam tantangan di masa depan, Muhammadiyah harus mampu memanfaatkan berbagai peluang untuk memajukan persyarikatan. Pimpinan Muhammadiyah mesti bisa beradaptasi dengan perkembangan dan kondisi daerah.
Hal itu di sampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sumatera Barat Bakhtiar, saat dialog dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Solok, di Komplek Perguruan Muhammadiyah Bukit Kili, Ahad (24/6/2023).
Bakhtiar mengatakan, secara karakteristik, setiap daerah memiliki perbedaan dan tantangan tersendiri. Strategi pengembangan Muhammadiyah di Payakumbuh dengan Solok akan berbeda, bahkan di antara kecamatan di Solok juga berbeda.
“Termasuk di daerah saya di Sungai Nanam. Melalui PDM Kabupaten Solok, saya turun lansung untuk mengembangkan Muhammadiyah. Pendekatannya melalui potensi pertanian daerah,” tutur Bakhtiar.
Dalam perjalanannya, Bakhtiar kemudian menginisiasi membentuk kelompok tani. Sasarannya merangkul generasi milenial untuk belajar berorganisasi. Saat itu terkumpul anggota sekitar 40 orang.
“Dari kelompok itu terus berkembang dan menjadi cikal bakal lahirnya ranting Muhammadiyah Sungai Nanam. 95 persen anggotanya merupakan anak-anak muda potensial,” terang Bakhtiar.
Beranjak dari kelompok tani dan ranting Muhammadiyah, kemudian berkembang hingga menjadi contoh. Bahkan, tidak sedikit kelompok tani lain yang tertarik belajar dan akhirnya bersepakat bergabung dalam PRM Sungai Nanam.
“Akhirnya mereka menjadi warga Muhammadiyah. Kini jumlahnya sudah mencapai lebih dari 100 orang, mereka ini sudah sepakat untuk menjadi warga dan binaan PRM Sungai Nanam,” jelasnya.
Pola pendekatan seperti itu bisa menjadi contoh bagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Solok untuk terus mengembangkan cabang dan ranting. Pelakunya sangat terbuka, tinggal keseriusan menggarapnya.
Hingga kini, di daerah Kabupaten Solok, baru ada lebih kurang 11 cabang aktif. Menjadi PR bagi pimpinan yang baru untuk membentuk cabang dan ranting di Kecamatan yang belum ada Muhammadiyah di daerah tersebut.(Endrio)